Rabu, 10 Juni 2009

Kesehatan

CARA CEGAH DAN ATASI BIBIR PECAH

BIBIR
pecah-pecah, kedengarannya merupakan masalah sederhana. Tapi, jika sudah pernah merasakannya, Anda pastinya sudah tahu kalau masalah ini bisa menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa sakit, terutama saat makan. Bibir pecah-pecah ini juga bisa mengalami peradangan dan menimbulkan luka goresan. Jika tidak ditangani dengan benar malah bisa memicu retakan dan perdarahan pada bibir. Hal ini tentunya akan sangat mengganggu aktivitas Anda. Tetapi, masalah ini bisa dicegah dan jika sudah mengalaminya, Anda juga bisa melakukan berbagai cara untuk menghentikannya. Berikut beberapa tip yang bisa menjadi panduan Anda dalam mencegah dan mengatasi masalah bibir pecah-pecah.


Pencegahan

Saat bibir mulai mengering, biasanya hal pertama yang mungkin Anda lakukan adalah berusaha melembabkannya dengan cara menjilatnya. Hal ini akan meredakan masalah bibir kering untuk sementara waktu. tapi, begitu ludah mengering, bibir Anda bahkan akan lebih kering dari sebelumnya. Penyebabnya, menjilat bibir akan menghilangkan minyak pelindung alami bibir Anda. Selain itu, zat kimia di ludah yang berfungsi mencerna makanan malah akan berusaha "mencerna" bibir. Karena itu, salah satu cara mencegah bibir kering jadi pecah-pecah adalah dengan berusaha tidak menjilatnya.

Ada baiknya menjaga kelembaban tubuh sepanjang hari dengan memperbanyak minum air. Selain itu, saat berada di luar ruangan, jangan lupa melindungi kulit bibir Anda dengan lip balm yang mengandung sunscreen bagi bibir sensitif Anda. Jika Anda perokok, maka berhentilah. Merokok akan mengeringkan minyak bibir dan meninggalkan bibir dalam keadaan kering sehingga mudah pecah-pecah.

Penanganan

Jika segala upaya pencegahan gagal dan bibir Anda tetap pecah-pecah dan berdarah, segeralah melakukan pengobatan. Cara pertama, pilihlah lip balm yang didisain khusus untuk bibir pecah-pecah. Hal ini berfungsi mencegah penambahan bjbir pecah-pecah. Dan untuk mengangkat sel-sel kulit kering dari bibir, oleskan vaseline dalam jumlah kecil ke sikat gigi (yang masih baru dan hanya sekali pakai) kemudian gosokkan secara perlahan ke area yang mengering di bibir. Hal ini akan mengangkat semua sel-sel kulit mati dan kulit kering dari bibir Anda. Akan tetapi, hindari hal ini jika bibir dalam keadaan berdarah. Jika bibir meradang, oleskan krim hydrocortisone untuk mengurangi peradangan.

Selain itu, pastikan menjaga kelembaban tubuh dengan memperbanyak minum air dan menghindari minuman yang berkafein setiap harinya. Dan jika ruangan Anda terasa kering dan panas, hidupkan pelembab ruangan untuk menjaga kelembaban udara. Udara kering juga bisa memperburuk kondisi bibir Anda.

Anda bisa juga mengatasi bibir pecah-pecah dengan mengoleskan sedikit mentega ke bibir. Cara ini bisa menjaga kelembutan bibir dan membantu menyembuhkan retakan.

Ambillah beberapa kelopak bunga mawar, selanjutnya rendam dalam susu segar selama beberapa jam. Hasil rendaman selanjutnya dioleskan ke bibir. Cara ini tidak hanya akan mengatasi kekeringan tetapi juga mencegah hilangnya warna pink di bibir.

Oleskan susu krim pada bibir. Ini bisa membantu mengangkat kulit kering yang mati dan melembutkan bibir.

Atau gosokkan potongan mentimun ke bibir. Cara ini bisa membantu mengatasi bibir kering dan pecah-pecah.

Anda juga bisa menggunakan gel lidah buaya untuk menghentikan bibir pecah-pecah.

Pastikan juga kalau tubuh Anda tidak kekurangan vitamin B, besi atau asam lemak esensial lainnya. kekurangn zat ini bisa memicu bibir pecah-pecah. Jadi, ada baiknya menggunakan multivitamin setelah berkonsultasi dengan dokter.

Pacaran

Boleh Pacaran Asal Jangan Kebangetan

Pacaran telah menjadi satu fenomena yang sangat ironis dalam dunia Islam. Betapa tidak, pacaran yang sebenarnya merupakan perpanjangan tangan dari zina telah merongrong generasi muda muslim. Pacaran yang merupakan mesin penghancur akhlaq umat muslim ini telah memakan begitu banyak korban. Tidak sedikit muda-mudi muslim yang terjerumus dalam perangkap Yahudi melalui taktik pacaran ini.

Banyak sekali muda-mudi muslim yang tidak mengerti betul bagaimana hukum pacaran di dalam kacamata Islam. Bahkan, saat ini masih banyak pula orangtua yang notabene-nya beragama Islam namun merasa resah dan gelisah manakala anak perawan atau anak perjakanya tidak juga mendapatkan pacar atau tidak pernah terlihat menggandeng pasangan. Yang lebih ironis lagi, ada orangtua yang justru memerintahkan anaknya untuk mencari pacar, “malu, kaya nggak laku aja!” katanya. Mereka tidak mengerti bahwa sesungguhnya pacaran itu adalah dilarang di dalam ajaran agama Islam.

Banyak orang, baik dari kalangan orangtua maupun muda-mudi muslim itu sendiri yang berpendapat, “Ah… nggak apa-apa, asalkan tahu batasan-batasannya, asal jangan kebangetan saja!”. Batasan apa yang mereka maksud di sini? Sebatas memegang tangan? Sebatas mengecup bibir? Sebatas meraba-raba? Atau… yang penting jangan sampai hamil? Jika diperhatikan lebih detail lagi, kurang lebih akan kita dapatkan batasan-batasan di dalam pacaran secara rinci, dan hasilnya adalah bahwa seolah-olah batasan di dalam berpacaran itu memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

Batas pertama : Saling membuka dan melihat aurat (membuka aurat ini biasanya lebih didominasi oleh pihak perempuan, karena wilayah aurat mereka memang lebih luas sedangkan mereka tidak mau mengenakan pakaian yang syar’i)

Batas kedua
: Hanya saling pandang dan senyum

Batas ketiga
: Hanya saling merayu dan bermanja

Batas keempat
: Hanya saling menggenggam dan meremas jemari

Batas kelima
: Hanya saling kecup pipi dan kening

Batas keenam : Hanya saling cium bibir

Batas ketujuh : Hanya saling peluk

Batas kedelapan
: Hanya saling meraba

Batas kesembilan
: Inilah batas puncak dari aktivitas pacaran, yaitu gabungan dari kedelapan batas di atas. Dan kenapa gabungan dari kedelapan batas di atas dikatakan sebagai batas puncak dari aktivitas pacaran? Karena gabungan kedelapan batasan tersebut, yaitu saling membuka aurat, saling pandang dan saling senyum, saling merayu dan bermanja, saling menggenggam dan meremas jemari, saling kecup pipi dan kening, saling cium bibir, saling peluk, dan saling meraba merupakan satu paket aktivitas yang jika mereka (sepasang sejoli itu) maju satu langkah lagi saja maka mereka akan masuk dalam kategori perzinahan (yang sesungguhnya atau zina besar), yaitu masuknya kemaluan ke dalam kemaluan. Ketika mereka melewati batas kedelapan, berarti mereka tidak lagi sedang berpacaran, melainkan sedang berzina.

Lihatlah, betapa syaithon telah banyak berhasil dalam memperdaya bani Adam melalui mesin penghancurnya yang disebut dengan pacaran. Dari batasan-batasan tersebut, kita pun kini mengetahui dengan jelas bahwa sesungguhnya pacaran telah menyeret seseorang setapak demi setapak menuju perzinahan besar (seks bebas). Maka benarlah jika Islam mengharamkan pacaran dan memasukkan pacaran sebagai salah satu aktivitas yang mendekati zina, karena pacaran memang senantiasa menyeret pelakunya menuju lembah perzinahan besar (seks). Allah swt telah berfirman di dalam Al Quran yang artinya:

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra (17) : 32).

Minimnya tingkat ilmu dan iman generasi muslim telah membuat mereka mudah terpedaya oleh perangkap-perangkap iblis yang berbentuk kenikmatan sesaat. Minimnya kadar ilmu dan iman generasi muslim telah membuat mereka bodoh (maaf) dalam memandang masalah zina tersebut. Hal ini merujuk kembali pada pemikiran yang mengatakan bahwa “Pacaran… ya nggak apa-apalah, yang penting kan tahu batasannya!”, dan yang mengindikasikan pemahaman bahwa yang disebut dengan zina hanyalah ketika mereka melewati batas kedelapan tersebut, yaitu melakuan hubungan seksual. Masya Allah! Padahal Islam telah menjelaskan perihal zina tersebut melalui sabda Rasulullah Muhammad saw yang artinya:

Dari Ibnu Abbas ra. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat, zinanya lidah adalah mengucapkan, zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya…” (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits tersebut di atas merupakan bantahan atas batasan-batasan yang seolah-olah ada di dalam pacaran, sebagaimana tersebut dalam delapan batasan di atas. Terbukti bahwa setiap unsur yang terdapat di dalam pacaran telah masuk dalam kategori larangan di dalam ajaran agama Islam, sebagaimana terdapat pada hadits di atas. Untuk lebih tegasnya lagi, berikut ini merupakan beberapa dalil yang menjelaskan mengenai segala aktivitas yang terdapat di dalam pacaran dan kebenaran bahwa setiap aktivitasnya merupakan larangan di dalam Islam:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur : 30)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An Nur : 31)

Dari Ibnu Abbas ra. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya…” (HR. Bukhari & Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).

“Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HASAN, Thabrani dalam Mu`jam Kabir 20/174/386)

"Demi Allah, tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun dalam keadaan membai'at. Beliau tidak memba'iat mereka kecuali dengan mangatakan: "Saya ba'iat kalian." (HR. Bukhori)

"Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR. Malik , Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Telah berkata Aisyah ra, "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya (mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja) dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu. Namun yang kedua adalah haram"

(HR. Abu Dawud , At Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani)

“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari? Kiamat.”(HR. Ahmad)

Dari Jarir bin Abdullah ra. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR. Muslim)

“Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya (lawan-jenis) yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu (syahwat)-nya.” (QS. Al Ahzab (33): 32)



Islam tidak pernah mengenal yang namanya pacaran, maka Islam pun tidak memberikan batasan mengenai pacaran. Sebaliknya, dalil-dalil di atas telah menyampaikan mengenai keharaman segala aktivitas yang terdapat di dalam pacaran itu sendiri. Dengan demikian telah jelas sekali bahwa TIDAK ADA PACARAN di dalam Islam. Karena itu, Islam pun telah memperkenalkan sebuah sistem yang sangat jauh lebih suci dan lebih menjaga kedua belah pihak, yaitu sistem ta’aruf.

Wallahua’lam

http://www.syahadat.com/artikel/963-boleh-pacaran-asal-jangan-kebangetan


Akhlak

Allah Cinta Kepada.....



Cinta, sebuah kata yang memiliki sejuta makna. Didamba dan dibutuhkan oleh setiap insan, dari balita hingga lansia. Cinta, sulit dimengerti dan diartikan dengan kata-kata, namun cukup sempurna pemahaman dalam rasa. Memang, cinta bukanlah segalanya di dunia, namun ketiadaan cinta tentunya akan membuat kehidupan terasa tawar, hambar, ibarat sayur tak berbumbu. Bahkan boleh jadi, ketiadaan cinta akan menghilangkan keseimbangan tatanan kehidupan. Karena, efek dari ketiadaan cinta adalah hilangnya kemauan untuk berjuang, kosongnya harapan, musnahnya impian, menjauhnya keinginan, bahkan hilangnya kemauan untuk beribadah kepada Dzat Yang Maha Tunggal, Allah Rabb semesta alam.

Cinta adalah salah satu fitrahnya manusia, sebagaimana tersurat pada kedua firman Allah swt berikut ini:

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran : 14)

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (QS. Ar Rum ayat 21)

Cinta adalah satu hal yang senantiasa membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa refleksi dari adanya cinta adalah perjuangan dan pengorbanan. Untuk mendapatkan sebuah cinta yang diharapkan, seorang manusia akan dapat berkorban harta benda, waktu dan tenaga. Bahkan, tak sedikit manusia yang akhirnya harus menghembuskan nafas terkahirnya dalam perjuangan untuk meraih sebuah cinta. Kita dapat melihatnya pada kisah Romeo dan Juliet atau Laila dan Majnun, betapa mereka dapat saling melepaskan nyawa hanya untuk mendapatkan cinta yang hanya sementara.

Sebagai umat muslim, kitapun tidak dilarang untuk mencinta maupun dicinta. Karena islam pun telah mengakui bahwa cinta adalah fitrahnya manusia, cinta bisa datang tanpa diundang dan pergipun tanpa sepatah kata. Islam tidak pernah melarang umatnya untuk saling mencinta. Justru islam adalah agama yang penuh dengan cinta, yang mengajarkan umatnya untuk selalu saling mencinta satu sama lain. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling mencintai satu sama lain. Berikut ini adalah hadits-hadits yang mengindikasikan bahwa islam adalah agama yang mengakui dan menjunjung tinggi rasa cinta:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”

“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)

Cinta adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada seluruh manusia. Namun, ditangan manusia banyak sekali cinta yang suci akhirnya ternoda, sia-sia, atau justru menjauhkannya dari cinta kepada Sang Maha Pemberi Cinta itu sendiri.

Berharap dan berjuang untuk dicintai oleh orang yang kita cintai boleh-boleh saja. Tapi berharap, berjuang, dan berkorban untuk mendapatkan cinta Illahi adalah sebaik-baik harapan, perjuangan dan pengorbanan. Sebagai seorang muslim, wajib bagi kita untuk senantiasa mengaharapkan cinta dari Allah swt, karena hanya ke sisi-Nya lah tempat kembali kita kelak. Maka dari itu, seyogyanya kita untuk senantiasa berusaha menjadi hamba yang selalu dicintai oleh-Nya.

Pada dasarnya, langkah-langkah untuk mendapatkan cinta dari Allah swt adalah sama dengan ketika kita berusaha untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang kita cintai. Intinya adalah kita selalu berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang Allah inginkan dari umatnya. Kemudian, pemahaman dan pengertian tersebut direfleksikan dalam amalan nyata, baik amalan hati, jasmani, maupun amalan rohani. Kalau kita mampu mengamalkan apa-apa yang dicintai oleh Allah swt tentunya kita pun akan secara otomatis memperoleh cinta-Nya. Lalu, apa saja sih yang di sukai dan dicintai oleh Allah swt itu? Di dalam Al Quran Allah swt telah memberikan bocoran-Nya mengenai sifat-sifat manusia yang akan mendapatkan Cinta-Nya. Berikut ini adalah beberapa sifat yang dicintai Allah swt sesuai dengan firman-firman-Nya, yang apabila kita mampu untuk mengamalkannya, niscaya Allah pun akan mencintai kita.

1. Orang yang Berbuat Baik

“Berinfaklah di jalan Allah dan janganlah kalian campakkan tanganmu ke dalam kehancuran, berbuatlah baik, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik .” (QS. Al-Baqarah: 195)

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan orang-orang yang mampu menahan amarah serta pemaaf terhadap kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ali-Imran 134).

“… Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112).

“Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158).

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36)

2. Orang yang Bertaubat dan Menyucikan Diri

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertaubat dan mencintai orang-orang yang selalu menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat.” (QS. At-Tahrim: 8 ).

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah kepadaNya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada batas yang telah ditentukan…” (QS. Hud: 3).

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (QS. Ali Imran: 123).

Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Al-Bukhari).

3. Orang-orang yang Mengikuti Jejak Rasulullah

“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31).

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus Rasul untuk menjadi penjaga mereka.” (QS. An-Nisa: 80).

4. Orang yang Bertakwa

“… Maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali-Imron: 76).

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqon (pedoman) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Al-Anfal: 29).

“… Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

“… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4).

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujuraat [49]:13).

5. Orang yang Sabar

“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imron: 146).

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).

“Wahai orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran kamu dan tetaplah bersiap siaga serta bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mencapai kemenangan.” (QS. Ali Imron: 200).

“… dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan.” (QS. Luqman: 17).

6. Orang yang Bertawakkal

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali Imron: 159).

“… Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi segala kebutuhannya….” (QS. Ath-Thalaq: 3).

“Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, serta hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)

“Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku kembali .” (QS. Hud: 88)

7. Orang yang Berlaku Adil

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Maidah: 42)

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. Am-Nahl: 90).

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil itu di sisi Allah kelak berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Yaitu mereka yang bertindak adil dalam memutuskan hukum dan bertindak adil terhadap bawahan mereka.” (HR. Muslim)

8. Orang yang Berperang di Jalan Allah

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang untuk membela agama-Nya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh” (QS. As-Shoff: 42)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah 216)

“Dan berjuanglah kamu pada jalan Allah dengan perjuangan yang sebenar-benarnya…” (QS. Al-Hajj: 78)

9. Orang yang Mencintai Allah

“Dan diantara manusia itu ada yang mempertuhankan sesuatu yang lain daripada Allah sebagai tuhan-tandingan; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Orang yang beriman hanya mencintai Allah semata. …” (QS Al Baqarah: 165)

“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31).

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”.” (QS. At-Taubah: 24)

“Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya” (HR. Bukhari).

“Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api.” (HR. Al-Bukhari-Muslim)

10. Orang yang Mencintai Sesamanya

“Ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman.” (QS. Al-Maidah 54)

“Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).” (HR. Ath-Thabrani).

“Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah, Dia mencintai sifat pemurah, dan Dia mencintai akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah.” (HR. Na’im melalui Ibnu Abbas ra.).

“Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya.” (HR. Turmudzi).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)

Demikianlah Allah swt telah memberikan penjelasannya secara gamblang mengenai hamba-hamba yang dicintai-Nya. Selebihnya, bergantung kepada manusia itu sendiri, apakah ia akan berjuang untuk mendapatkan cinta dari Allah swt atau tidak? Apakah manusia tersebut mau berjuang untuk mendapatkan Cinta Allah swt atau hanya mengharapakan dan mengejar cinta sesaat di dunia saja?

diambil dari : http://www.syahadat.com/islam/dalil/215-allah-cinta-kepada

Selasa, 09 Juni 2009

10 Juni 2009


Hari ini rabu 10 Juni 2009, dipagi hari aq sudah harus mengalami kekesalan, aq ditinggal sama temenku, padahal dia biasanya nunggu aq, kalo dia ga suka, bilang donk..jangan seperti itu.. dan satu hal lagi aq juga sangat kesal karena dia merasa sok pintar, dan mungkin aq terlalu banyak berburuk sangka, tapi aq mencoba berbaik sangka dan bersabar. sampe kapan?aq juga ga tahu.. yang penting aq harus baik..
Apakah karena mempunyai ilmu yang lebih lalu menganggap orang lain rendah? apakah karena dia bisa mengambil hati orang banyak?Ya sudah lah, mungkin sudah nasibku menjadi seperti ini.. mungkin belum waktunya aq diberikan pekerjaan..jadi selama 8 hari masuk kerja aq cuma bisa browsing dan melihat-lihat atau bertanya tentang keimigrasian.. aq cukup senang karena mereka bersahabat, walopun tidak semua..
Untuk saat ini aq malah pengen banget mengikuti pendidikan teknis keimigrasian(PTK), jika ada kesempatan...Ya Allah, ijinkan aq untuk mengikuti pendidikan teknis tersebut, aq bukan melihat dari segi materi tp dari segi pengalaman dan pertemanan...
Hanya ada satu teman sejati yang senantiasa bersamamu, di dalam dirimu dan di sekitarmu. Dan Dia adalah Tuhan. - Sri Sathya Sai Baba(www.iloveblue.com)